Assalamualaikum wr.wb
Ada satu hadist nabi muhammad SAW yg berbunyi :
"man ahabballahu fal yuhibbani wa man yuhibbani fal yuhibba ashabi"
Siapa orang yang mencintai Allah SWT hendaknya dia mencintai-ku, dan siapa orang yang mencintai-ku hendaknya dia mencintai sahabat-sahabatku.
Mengapa Nabi Muhammad SAW minta untuk dicintai? Alasannya tentu sudah sangat jelas yaitu, jika tidak ada nabi kita tidak akan mengenal yang namanya kalimat tauhid untuk mengenal Allah. Karena adanya Nabi Muhammad SAW kita bisa mengatakan LAILAHA ILLA ALLAH. Karena kalimat tadi adalah maskawinnya syurga atau sering juga disebut sebagai Kuncinya Syurga.
Nabi Berkata :
Siapa orang yang di akhir khayatnya dia berkata LAILAHA ILLA ALLAH dia akan masuk Syurga.
Lalu Apa Keuntungan Kita Mencintai Nabi Muhammad SAW?
Keuntungannya adalah Kita akan dicintai Allah SWT.
Ada satu Kitab yang bernama Hubbul Kholid, didalam kitab itu tertulis:
"Orang yang mencintai orang yang dicintai oleh Allah, dia akan dicintai oleh Allah SWT.
Bagaimana kalau kita mencintai nabi?
Allah SWT yang akan mencintai kita.
Bagaimana kalau kita mencintai orang yang pernah berjuang bersama nabi seperti, Sayyidina Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali R.A.
Tentu Allah SWT juga akan mencintai orang yang mencintai mereka. Dalam Al-Quran terdapat surat yang bernama Ashabul Kahfi (Yordan).
Ashabul Kahfi adalah para pemuda yang bersembunyi di dalam Gua untuk menyelamatkan iman dan islamnya, ketika mereka masuk ke dalam Gua, terdapat seekor Anjing yang bernama Kidmir yang menjagai mereka sehingga mereka tidak dibunuh oleh para utusan negara.
Karena Anjing ini mencintai orang yang dicintai oleh Allah SWT, maka Allah SWT membenarkan dan membolehkan anjing itu masuk ke dalam Syurga.
Assyekh Nawawi Al-Bantani dalam Kitabnya yang bernama, Kassyifatussaja menyebutkan bahwa satu-satunya anjing yang nanti masuk ke dalam Syurga adalah anjing Ashabul Kahfi dan najis anjing itu diangkat oleh Allah SWT.
Jika Seekor anjing saja bisa masuk ke dalam syurga dengan modal mencintai orang yang dicintai Allah, Bagai mana kita yang Mencintai Allah SWT, Nabi, Rasulullah SAW, dan Para Sahabatnya. Bukan hanya itu saja kita mengucapkan asyhaduala ilaha illa allah....
diperintahkan kita Sholat, kita sholat, diperintahkan kita menjauhkan larangannya kita menjauhkannya, diperintahkan untuk mematuhi perintahnya kita lakukan. Jika kita telah melakukan itu semua tentu tidak ada alasan yang dapat menghalangi kita masuk ke dalam syurganya Allah SWT.
Wallahu alam Bisshoab
Sabtu, 13 Agustus 2011
Rabu, 18 Mei 2011
Kemukjizatan Nabi Muhammad SAW
Pada suatu hari Rasulullah SAW kedatangan tamu seorang Arab Badui. Arab Badui itu menemui Rasulullah dengan membawa sebuah kandang yang berisi seekor Biawak. Ketika bertemu dengan Rasulullah Arab Badui tadi berkata "Wahai Muhammad, jika kau benar-benar seorang nabi utusan dari Allah SWT tunjukkan kepadaku. Engkau ajak bicara Biawak ini agar dia dapat membuktikan bahwa engkau benar-benar utusan Allah SWT". Kemudian Rasulullah SAW menyetujui apa yang diminta Arab Badui tadi, tak lama kemudian Rasulullah SAW berkata "Wahai Biawak, Siapa Saya?". Kemudian Biawak tadi berkata "Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa engkau Muhammad utusan Allah". Dan seketika itu juga Arab Badui tersebut masuk kedalam islam.
Ini merupakan salah satu dari kemukjizatan Nabi Muhammad SAW.
Mukjizat itu sendiri diberikan kepada para Nabi-nabi untuk menjawab tantangan bahwa beliau semua adalah nabi atau rasul atau utusan Allah SWT.
Jika ada yang berkata saya tidak percaya itu karena itu terjadi pada masa lalu dan tidak ada buktinya, maka ada mukjizat Nabi Muhammad SAW yang dari dulu sampai sekarang masih ada, bahkan akan tetap ada sampai Hari Kiamat nanti, yaitu Al-Quran, karena Allah yang akan menjaganya.
Allah sendiri mengatakan : إنا نحن نزلنا ذكر و إنا له لحافظين
yang artinya : Sesungguhnya kami yang menurunkan zikro (al-quran) dan kami yang akan menjaganya.
Itu merupakan dari mukjizat dari tanda kebenaran Nabi Muhammad SAW, karena itu kita patut berbangga menjadi Umat Islam / Umat Nabi Muhammad SAW.
Sehingga perlu kita ucapkan "Roditu billahi Rabba wa bil Islami dina wa bi Muhammad Nabiya wa Rasula". Jika kita membaca itu setiap hari dan kita benar-benar ridho bahwa Allah SWT sebagai tuhan dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan Islam sebagai agama kita, nabi katakan bahwa nanti saya yang akan menuntun dia masuk ke dalam syurganya Allah SWT.
wallahu alam bishoab.
Apa Keuntungan Kita Mencintai Nabi Muhammad SAW? (Postingan Selanjutnya)
Ini merupakan salah satu dari kemukjizatan Nabi Muhammad SAW.
Mukjizat itu sendiri diberikan kepada para Nabi-nabi untuk menjawab tantangan bahwa beliau semua adalah nabi atau rasul atau utusan Allah SWT.
Jika ada yang berkata saya tidak percaya itu karena itu terjadi pada masa lalu dan tidak ada buktinya, maka ada mukjizat Nabi Muhammad SAW yang dari dulu sampai sekarang masih ada, bahkan akan tetap ada sampai Hari Kiamat nanti, yaitu Al-Quran, karena Allah yang akan menjaganya.
Allah sendiri mengatakan : إنا نحن نزلنا ذكر و إنا له لحافظين
yang artinya : Sesungguhnya kami yang menurunkan zikro (al-quran) dan kami yang akan menjaganya.
Itu merupakan dari mukjizat dari tanda kebenaran Nabi Muhammad SAW, karena itu kita patut berbangga menjadi Umat Islam / Umat Nabi Muhammad SAW.
Sehingga perlu kita ucapkan "Roditu billahi Rabba wa bil Islami dina wa bi Muhammad Nabiya wa Rasula". Jika kita membaca itu setiap hari dan kita benar-benar ridho bahwa Allah SWT sebagai tuhan dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan Islam sebagai agama kita, nabi katakan bahwa nanti saya yang akan menuntun dia masuk ke dalam syurganya Allah SWT.
wallahu alam bishoab.
Apa Keuntungan Kita Mencintai Nabi Muhammad SAW? (Postingan Selanjutnya)
Sabtu, 19 Maret 2011
Apakah Rasulullah SAW Tau Jika Kita Mencintai Rasulullah SAW?
Ini adalah sebuah Kisah nyata di Negara Mesir.
Di negara Mesir disana ada seorang yang bernama Syekh Abdul Kadir Al-Habsyi memperhatikan ada seseorang jika hari jumat dia sholat jumat di tempat Sayyidina Husain Rodiallahuanhu kemudian berziarah dan jumat berikutnya orang tersebut sholat jumat di tempat Sayyidati Zainab Rodiallahuanha kemudian berziarah dan berulang setiap jumatnya. Sayyidatuna Zainab seorang yang digelari Srikandi Padang Karbala karena dia terlibat langsung saat saudara-saudaranya dibantai di Iraq yaitu dalam perang yang disebut karbala (karbun wa bala) di Iraq. Dan kemuadian Syekh tadi berkenalan dengan orang tersebut.
Pada suatu hari orang yang baru berkenalan dengan Syekh tadi bercerita bahwa suatu hari dia didatangi oleh Sayyidatuna Zainab yang sudah meninggal kurang lebih 1300 tahun yang lalu. Lalu Sayyidatuna Zainab berkata kepada orang tersebut "besok kau harus pergi ke Dokter yang terkenal di Kairo".
lalu orang tersebut bertanya "Kenapa saya harus pergi ke Dokter?".
Lalu Sayyidatuna Zainab menjawab "Pokoknya kau harus pergi!".
Orang tersebut menjawab "Saya kan tidak sakit".
Sayyidatuna Zainab menjawab "Pokoknya Pergi!".
Dan keesokan harinya orang yang tersebut pergi ke Dokter.
"Assalamualaikum" memberi salam orang tadi kepada orang yang ada di dalam.
"Waalaikumussalam" jawab seorang sekertaris Dokter.
"Apa maksud kedatangan anda kesini?" Tanya sekertaris Dokter kepada orang tersebut.
"Saya hanya ingin bertemu dengan Dokter, saya kesini atas perintah" Jawab orang tadi.
"Dokter belum datang" Jawab sekertaris Dokter tadi kepada orang tersebut.
"Yasudah sekarang saya ingin menunggu Dokter" Kata orang tadi kepada sekertaris Dokter.
"Baik" Sahut sekertaris Dokter tadi.
Tidak lama orang tadi menunggu dia mendengar dari dalam ruangan praktek Dokter ada orang yang memanggil nama dia. Orang tersebut pun masuk kedalam, ketika dia masuk kedalam,
Dokter bilang "hai Fulan bin Fulan (bukan nama asli)"
"Kok Dokter tau nama saya? dari mana Dokter tau nama saya?" Kebingungan orang tadi mendengar Dokter tau namanya.
"Saya tau nama anda dari Sayyidatuna Zainab" Jawab dokter tadi.
Kemudian dokter memeriksa orang tadi, dan dokter berkata kepada orang tadi "besok anda harus operasi!".
"Untuk apa saya di operasi dok?" tanya orang tadi.
"Karena anda terkena suatu penyakit" Jawab dokter.
"Tapi saya harus musyawarah dulu dok dengan keluarga saya soal biayanya, mungkin tidak bisa operasi besok dok" Sahut orang tadi.
"Jangan fikirkan biayanya, biaya operasi sudah ditangani oleh Sayyidatuna Zainab (yang sudah meninggal kurang lebih 1300 tahun yang lalu)." Kata dokter dengan tegas.
Tentu hal seperti ini sangat tidak masuk dalam akal manusia, orang biasa yang sudah meninggal bisa tau apa yang terjadi dengan orang yang suka berziarah kepadanya dan mencintainya. Bagaimana dengan Rasulullah SAW yang merupakan orang yang sangat mulia. Tentu Nabi tau siapa orang yang mencintainya.
Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW berjalan bersama para sahabat diantaranya Sayyidina Abu Bakar, Umar,dan Usman R.A (Rodiallahuanhum). Ketika sedang dalam perjalanan Raslulullah SAW berhenti di depan Gunung, yaitu Gunung Uhud. Ketika berhenti Nabi berkata kepada para sahabat "Uhud Gunung yang mencintaiku dan aku mencintainya". Jika sebuah Gunung saja Nabi tau bahwasannya Gunung itu mencintainya bagaimana kita Manusia yang setiap tahun merayakan kelahiran beliau Nabi Muhammad SAW.
Tentu hal seperti ini sangat tidak masuk dalam akal manusia, orang biasa yang sudah meninggal bisa tau apa yang terjadi dengan orang yang suka berziarah kepadanya dan mencintainya. Bagaimana dengan Rasulullah SAW yang merupakan orang yang sangat mulia.Tentu Nabi tahu siapa saja orang yang mencintainya.
Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW berjalan bersama para sahabat diantaranya Sayyidina Abu Bakar, Umar,dan Usman R.A (Rodiallahuanhum). Ketika sedang dalam perjalanan Raslulullah SAW berhenti di depan Gunung, yaitu Gunung Uhud. Ketika berhenti Nabi berkata kepada para sahabat "Uhud Gunung yang mencintaiku dan aku mencintainya". Jika sebuah Gunung saja Nabi tau bahwasannya Gunung itu mencintainya bagaimana kita Manusia yang setiap tahun merayakan kelahiran beliau Nabi Muhammad SAW.
Tentu hal seperti ini sangat tidak masuk dalam akal manusia, orang biasa yang sudah meninggal bisa tau apa yang terjadi dengan orang yang suka berziarah kepadanya dan mencintainya. Bagaimana dengan Rasulullah SAW yang merupakan orang yang sangat mulia.Tentu Nabi tahu siapa saja orang yang mencintainya.
Wallahualam bisshoab.
Sabtu, 26 Februari 2011
Beberapa Jadwal Maulid Nabi Besar Muhammad SAW
Ahad, 6 Februari 2011 Ba’da Zhuhur
Haul Sayyidil Walid & Maulid di Majelis Ta’lim Tsaqofa (Habib Abubakar bin Sayyidil Walid Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf)Jl. Perkutut, Bukti Duri Puteran Tebet – Jakarta Selatan
Jum’at, 11 Februari 2011, Bada ‘Isya’
Masjid ASYSYARIEF, Jl.Flamboyant, Kel Menteng Dalam, Kec. Tebetmasuk dari Palbatu 3, SPBU casablanca, Jakarta.
Pencermah : 1.KH Saefudin Amsir, 2.Muammar ZA, 3.KH Abd Rosyid AS.
Dan para Ulama Habaib lainnya
Ahad, 13 Februari 2011 Jam 08.00
Haul Al-Allamah Al-Habib Hasan bin Abdullah Asy-Syathiri, di Kediaman Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Al-AthosJl. Asem Baris – Jakarta Selatan
Ahad, 13 Februari 2011, Jam 08:00 Pagi – Selesai
Masjid ALBARKAH ASYSYAFI’IYYAH, Pimpinan KH Abd Rosyid Abdullah Syafiie. Jl.Barkah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan.Penceramah: Para Habaib dan ulama Jakarta
Senin, 14 Februari 2011 Jam 19.00 WIB
Maulid Akbar Nabi Besar Muhammad SAWPanitia : Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab, FPI, LPI, MPI, FMI, MIS, MT. Al-Ishlah & MT Petamburan,
Jl. Raya Petamburan , Tanah Abang Jakarta Pusat.
Senin, 14 Februari 2011 jam 20.00 WIB
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan HUT Majlis Nurul Mustofa ke 15Gelora Bung Karno – Senayan Jakarta.
Selasa, 15 Februari 2011 Jam 07.00 WIB
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan Dzikir Akbar Majelis Rasulallah SAW, di Monumen Nasional (MONAS) – JakartaSelasa, 15 Februari 2011 Jam 08.00 WIB
Maulid di Masjid Annur Habib Ali bin SahilJl. Slipi 5 Jakarta Barat.
Kamis, 17 Februari 2011, Bada ‘Isya’
Masjid ALABIDIN, Jl.Masjid AlAbidin, Kel Pondok Bambu, Kec Duren Sawit,JAKARTA TIMUR (seberang RS DUREN SAWIT Jakarta Timur)
Penceramah: HABIB ALAHYAD BANAHSAN, dan para Ulama Habaib lainnya
Kamis, 17 Februari 2011, Bada Maghrib
Masjid Pondok Indah, Kompleks Pondok Indah Jakarta SelatanPenceramah : Ust Jefri AlBukhori
Ahad, 27 Februari 2011 Jam 16.00 WIB
Maulid di Al Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad (Habib Kuncung)Belakang Mall Kalibata
Senin, 28 Februari 2011 Jam 09.00
Maulid di Ponpes Al-Khairat Habib Naqieb bin Syekh Abubakar bin SalimJl. Pengasinan Bekasi Timur
Senin, 28 Februari 2011, Pukul 15.30 WIB (Ba’da Sholat Ashar) – selesai
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1432 H di Masjid Al-Bakrie, Kompleks Apartemen Taman Rasuna & Epicentrum Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan Jakarta 12920. Tausiyah : Kombes Pol. Drs. Muh. Yahya Agil, MM, Ust. M. Nur Maulana (Da’i Trans TV – Acara Islam itu Indah), Habib Mukhsin bin Zaed Al-Athos. + Agenda : Santunan 100 anak yatim piatu & dhuafa.Senin, 28 Februari 2011 Jam 16.00
Maulid di Habib Husein bin Ali AlatasJl Bulu Condet
Selasa, 1 Maret 2011 Jam 09.00
Haul Al Habib Ali bin Husein AlatasJl Bulu Condet
Selasa, 1 Maret 2011 jam 18.00
Maulid di Keramat Empang, BogorRabu, 2 Maret 2011 Jam 09.00
Haul Al Imam Al Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Kramat Empang, Bogor)Rabu, 2 Maret 2011 Jam 18.00
Ziarah ke Makam Guru Besar Islam Indonesia Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi, Kwitang
Kamis, 3 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid di Ponpes Al-Haromain Al Habib Hamid bin Abdullah Al Kaff
Jl. Ganceng, Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur
Kamis, 3 Maret 2011 Jam 16.00
Maulid Kamis Akhir Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi, Kwitang
Jum’at, 4 Maret 2011 Jam 04.30-07.00
Subuh Jama’ah & Maulid di Majlis Ta’lim Al Afaf (Al-Habib Ali bin Sayyidil Walid Al Habib Abdurrahman Assegaf)
Tebet Utara
Jum’at, 4 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid di Gedung Darul Aitam
Jl. K.H Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Sabtu, 5 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid di Mesjid Al- Hawi, Condet
Sabtu, 5 Maret 2011 Jam 12.00
Maulid di Majlis Ta’lim Assalafy (AL Habib Hud bin Bagir Alatas)
Kebon Nanas, Jak-tim
Sabtu, 5 Maret 2011 Jam 20.00 – 23.00
Maulid di Majlis Ta’lim Nurul Qomariyah (Habib Ali Zaenal Abidin Alaydrus). Perumahan Ciledug Indah II, Pedurenan, Karang Tengah, Ciledug, Tangerang.
Ahad, 6 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid & Ziarah di Luar Batang (Al Imam Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus)
Senin, 7 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid di Mesjid Kramat Kampung Bandan, Jakarta Utara
Senin, 7 Maret 2011 Jam 16.00
Maulid & Haul Al Habib Salim bin Jindan di Majelis Ta’lim Habib Salim bin Jindan. Jl Otista Raya – Jakarta Timur (sebelah Youth Center)
Selasa, 8 Maret 2011 Jam 09.30
Maulid di Futuhat At-Thosiah (Alm. Al Habib Alwi bin Abdullah Alatas)
Bulak Kapal, Bekasi Timur
Selasa, 8 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid di Mesjid Kramat Luar Batang (Khusus Kaum Ibu & Remaja Putri)
Kamis, 10 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid di Al Habib Salim bin Toha Al Haddad
Jl. Damai, Pasar Minggu, jakarta Selatan
Sabtu, 12 Maret 2011 Jam 09.00
Maulid di Majelis Ta’lim Annur (Al Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alatas).
Jl. Otista, Tangerang Kota
Sabtu, 12 Maret 2011 Jam 16.00
Maulid di Mesjid Dzikir SYAMSI SYUMUS (Habib Musthofa bin Abdullah Alaydrus).
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.16
Jum’at, 18 Maret 2011, Ba’da Isya
Maulid Nabi di Jl Menteng Granit, Kel Pasar Manggis, Jakarta (samping SDN Pasar Mggis 01), Hbb Ibrohim Hamid Al-Aidit (HabibMetal)
Sabtu, 19 Maret 2011 Jam 18.00
Maulid Majelis Al Burdah (Habib Hasym bin Syekh Abubakar bin Salim)
Jl. Cikoko Jakarta Timur.
Sabtu, 19 Maret 2011, Bada ‘Isya’
Masjid Jami’ ALMUJAHIDIN, Jl. Menteng Atas Selatan, Kel Menteng Atas, (masuk dari Jl Minangkabau), JAKARTA SELATAN
Penceramah : 1. KH ZEIN ROFIQ, (adzikra, Jakarta), 2. KH ABDURAHMAN MADINA, (Pon Pes Al Hidayah, Jatibening)
Ahad, 20 Maret 2011 Jam 08.00
Maulid Nabi SAW dan Haul Almarhum Al-Maghfurlah Mu’allim K.H. Muhammad Syafi’i Hadzami bin K.H. Muhammad Sholeh Roidi Al Battawi. Jl. K.H Syafi’i Hadzami No. 40 Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Ahad, 27 Maret 2011 Jam 08.00 – 11.30
Maulid di Ponpes & Majelis Ta’lim “Al Kifahi Al Tsaqafy” (Habib Umar bin Sayyidil Walid Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf)
Jl. Sawo Raya,Jl. Roos Timur V No. 27, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan
Ahad, 27 Maret 2011 Jam 10.00
Maulid di Yayasan Al Fachriyah (Alm Al Habib Novel bin Salim bin Jindan). Jl. Larangan Ciledug, Tangerang
Jumat, 1 April 201, Bada 'isya
Maulid Nabi Muhammad SAW Majelis Talim Annurul Kasyaf (Habib Ahmad bin Ali bin Abdurrahman Assegaf) di Lapangan Bola Rindam, Condet-Jakarta Timur
Ahad, 3 April 2011 Jam 09.00
Maulid Akbar& Haul ke-IV Al Walid Al Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf, di Majelis Ta’lim Wal Mudzakarah Al Busyro Citayam.
* Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah…
Mengenal Riwayat Sayyidil Walid Al Allamah Al Arif billah Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir Assegaf
Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir bin Ali bin Umar bin Segaf bin Muhammad bin Umar bin Thoha bin Umar bin Thoha bin Umar ash-Shofi bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Habib Abdurrahman lahir tahun 1908 di Cimanggu, Bogor. Beliau adalah putra Habib Ahmad bin AbdulQadir Assegaf. Ayahandanya sudah wafat ketika beliau masih kecil, tapi kondisi itu tidak menjadi halangan baginya untuk giat belajar.
Beliau mengenyam pendidikan di Jami’at Al-Khair, Jakarta, masa kecilnya sangat memperihatinkan, sebagaimana diceritakan anaknya,Habib Ali bin Abdurrahman “Walid itu orang yang tidak mampu. Bahkan beliau pernah berkata, “Barangkali dari seluruh anak yatim, yang termiskin adalah saya. Waktu lebaran, anak-anak mengenakan sandal atau sepatu, tapi saya tidak punya sandal apalagi sepatu”. Tidurnya pun di bangku sekolah. Tapi, kesulitan seperti itu tidak menyurutkannya untuk giat belajar.”
Ketika masih belajar di Jami’at Al-Khair, prestasinya sangat cemerlang. Beliau selalu menempati peringkat pertama. Nilainya bagus, akhlaqnya menjadi teladan teman-temannya. Untuk menuntut ilmu kepada seorang ulama, beliau tak segan-segan melakukannya dengan bersusah payah menempuh perjalanan puluhan kilometer. “Walid itu kalau berburu ilmu sangat keras. Beliau sanggup berjalan berkilo-kilo meter untuk belajar ke Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas (Habib Empang Bogor).”
Selain Habib Empang, guru-guru Habib Abdurrahman yang lain adalah Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad ( Mufti Johor, Malaysia ), Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir AlHaddad, Habib Ali bin Husein Al-Aththas ( Bungur, Jakarta ), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Kwitang, Jakarta ), K.H.Mahmud ( Ulama besar Betawi ) dan Prof.Abdullah bin Nuh ( Bogor ).
Semasa menunutut ilmu, Habib Abdurrahman sangat tekun dan rajin, itulah sebabnya beliau mampu menyerap ilmu yang diajarkan guru-gurunya. Ketekunannya yang luar biasa mengantarnya menguasai semua bidang ilmu agama. Kemampuan berbahasa yang baguspun mengantarnya menjadi penulis dan orator yang handal. Beliau tidak hanya sangat menguasai bahasa Arab, tapi juga bahasa Sunda dan Jawa halus.
Habib Abdurrahman lahir tahun 1908 di Cimanggu, Bogor. Beliau adalah putra Habib Ahmad bin AbdulQadir Assegaf. Ayahandanya sudah wafat ketika beliau masih kecil, tapi kondisi itu tidak menjadi halangan baginya untuk giat belajar.
Beliau mengenyam pendidikan di Jami’at Al-Khair, Jakarta, masa kecilnya sangat memperihatinkan, sebagaimana diceritakan anaknya,Habib Ali bin Abdurrahman “Walid itu orang yang tidak mampu. Bahkan beliau pernah berkata, “Barangkali dari seluruh anak yatim, yang termiskin adalah saya. Waktu lebaran, anak-anak mengenakan sandal atau sepatu, tapi saya tidak punya sandal apalagi sepatu”. Tidurnya pun di bangku sekolah. Tapi, kesulitan seperti itu tidak menyurutkannya untuk giat belajar.”
Ketika masih belajar di Jami’at Al-Khair, prestasinya sangat cemerlang. Beliau selalu menempati peringkat pertama. Nilainya bagus, akhlaqnya menjadi teladan teman-temannya. Untuk menuntut ilmu kepada seorang ulama, beliau tak segan-segan melakukannya dengan bersusah payah menempuh perjalanan puluhan kilometer. “Walid itu kalau berburu ilmu sangat keras. Beliau sanggup berjalan berkilo-kilo meter untuk belajar ke Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas (Habib Empang Bogor).”
Selain Habib Empang, guru-guru Habib Abdurrahman yang lain adalah Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad ( Mufti Johor, Malaysia ), Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir AlHaddad, Habib Ali bin Husein Al-Aththas ( Bungur, Jakarta ), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Kwitang, Jakarta ), K.H.Mahmud ( Ulama besar Betawi ) dan Prof.Abdullah bin Nuh ( Bogor ).
Semasa menunutut ilmu, Habib Abdurrahman sangat tekun dan rajin, itulah sebabnya beliau mampu menyerap ilmu yang diajarkan guru-gurunya. Ketekunannya yang luar biasa mengantarnya menguasai semua bidang ilmu agama. Kemampuan berbahasa yang baguspun mengantarnya menjadi penulis dan orator yang handal. Beliau tidak hanya sangat menguasai bahasa Arab, tapi juga bahasa Sunda dan Jawa halus.
Habib Abdurrahman tidak sekadar disayang oleh para gurunya, tapi lebih dari itu, beliau pun murid kebanggaan. Beliaulah satu-satunya murid yang sangat menguasai tata bahasa Arab, ilmu alat yang memang seharusnya digunakan untuk memahami kitab-kitab klasik yang lazim disebut “kitab kuning”. Para gurunya menganjurkan murid-murid yang lain mengacu pada pemahaman Habib Abdurrahman yang sangat tepat berdasarkan pemahaman dari segi tata bahasa.
Setelah menginjak usia dewasa, Habib Abdurrahman dipercaya sebagai guru di madrasahnya. Disinilah bakat dan keinginannya untuk mengajar semakin menyala. Beliau menghabiskan waktunya untuk mengajar. Dan hebatnya, Habib Abdurrahman ternyata tidak hanya piawai dalam ilmu-ilmu agama, tapi bahkan juga pernah mengajar atau lebih tepatnya melatih bidang-bidang yang lain, seperti melatih kelompok musik ( dari seruling sampai terompet ), drum band, bahkan juga baris-berbaris.
Setelah menginjak usia dewasa, Habib Abdurrahman dipercaya sebagai guru di madrasahnya. Disinilah bakat dan keinginannya untuk mengajar semakin menyala. Beliau menghabiskan waktunya untuk mengajar. Dan hebatnya, Habib Abdurrahman ternyata tidak hanya piawai dalam ilmu-ilmu agama, tapi bahkan juga pernah mengajar atau lebih tepatnya melatih bidang-bidang yang lain, seperti melatih kelompok musik ( dari seruling sampai terompet ), drum band, bahkan juga baris-berbaris.
Ketika berusia 20 tahun, beliau pindah ke Bukit Duri dan berbekal pengalaman yang cukup panjang, beliaupun mendirikan madrasah sendiri, Madrasah Tsaqafah Islamiyyah, yang hingga sekarang masih eksis di Bukit Duri, Jakarta. Sebagai madrasah khusus, sampai kini Tsaqafah Islamiyah tidak pernah merujuk kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, mereka menerapkan kurikulum sendiri dan uniknya, Madrasah ini menggunakan buku-buku terbitan sendiri yang disusun oleh sang pendiri, Habib Abdurrahman Assegaf.. Disini, siswa yang cerdas dan cepat menguasai ilmu bisa loncat kelas.
Dunia pendidikan memang tak mungkin dipisahkan dari Habib Abdurrahman, yang hampir seluruh masa hidupnya beliau baktikan untuk pendidikan. Beliau memang seorang guru sejati. Selain pengalamannya banyak, dan kreativitasnya dalam pendidikan juga luar biasa, pergaulannya pun luas. terutama dengan para ulama dan kaum pendidik Jakarta.
Dalam keluarganya sendiri, Habib Abdurrahman dinilai oleh putra-putrinya sebagai sosok ayah yang konsisten dan disiplin dalam mendidik anak. Beliau selalu menekankan kepada putra-putrinya untuk menguasai berbagai disiplin ilmu, dan menuntut ilmu kepada banyak guru. Sebab ilmu yang dimilikinya tidak dapat diwariskan.
“Beliau konsisten dan tegas dalam mendidik anak. Beliau juga menekankan bahwa dirinya tidak mau meninggalkan harta sebagai warisan untuk anak-anaknya. Beliau hanya mendorong anak-anaknya agar mencintai ilmu dan mencintai dunia pendidikan. Beliau ingin kami konsisten mengajar, karenanya beliau melarang kami melibatkan diri dengan urusan politik maupun masalah keduniaan, seperti dagang, membuka biro haji dan sebagainya. Jadi, sekalipun tidak besar, ya….sedikit banyak putra-putrinya bisa mengajar,” kata Habib UmarB
Habib Abdurrahman mempunyai putra dan putri 22 orang; diantaranya Habib Muhammad, pemimpin pesantren di kawasan Ceger; Habib Ali, memimpin Majelis Taklim Al-Affaf di wilayah Tebet; Habib Alwi, memimpin Majlis Taklim Zaadul Muslim di Bukit Duri; Habib Umar, memimpin pesantren dan Majlis Taklim Al-Kifahi Ats-Tsaqafi di Bukit Duri dan Habib Abu Bakar, memimpin pesantren Al-Busyro di Citayam. Jumlah jamaah mereka ribuan orang.
Sebagai Ulama sepuh yang sangat alim, beliau sangat disegani dan berpengaruh. Juga layak diteladani. Bukan hanya kegigihannya dalam mengajar, tapi juga produktivitasnya dalam mengarang kitab. Kitab-kitab buah karyanya tidak sebatas satu macam ilmu agama, melainkan juga mencakup berbagai macam ilmu. Mulai dari Tauhid, Tafsir, Akhlaq, Fiqih, hingga sastra. Bukan hanya dalam bahasa Arab, tapi juga dalam bahasa Melayu dan Sunda yang ditulis dengan huruf Arab- dikenal sebagai huruf Jawi atau pegon.
Kitab karyanya, antara lain, Hilyatul Janan fi Hadyil Qur’an, Syafinatus Said, Misbahuz Zaman, Bunyatul Umahat dan Buah Delima. Sayang, puluhan karya itu hanya dicetak dalam jumlah terbatas dan memang hanya digunakan untuk kepentingan para santri dan siswa Madrasah Tsaqafah Islamiyyah.
Habib Abdurrahman juga dikenal sebagai ulama yang sangat disiplin, sederhana dan ikhlas. Dalam hal apapun beliau selalu mementingkan kesederhanaan. Dan kedisiplinannya tidak hanya dalam hal mengajar, tapi juga dalam soal makan. “Walid tidak akan pernah makan sebelum waktunya. Dimanapun ia selalu makan tepat waktu.” Kata Habib Ali.
Mengenai keikhlasan dan kedermawanannya, beliau selalu siap menolong siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Pada tahun 1960-an, Habib Abdurrahman mengalami kebutaan selama lima tahun. Namun musibah itu tak menyurutkan semangatnya dalam menegakkkan syiar islam. Pada masa-masa itulah beliau menciptakan rangkaian syair indah memuji kebesaran Allah swt dalam sebuah Tawasul, yang kemudian disebut Tawasul Al-Walid Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf.
Dunia pendidikan memang tak mungkin dipisahkan dari Habib Abdurrahman, yang hampir seluruh masa hidupnya beliau baktikan untuk pendidikan. Beliau memang seorang guru sejati. Selain pengalamannya banyak, dan kreativitasnya dalam pendidikan juga luar biasa, pergaulannya pun luas. terutama dengan para ulama dan kaum pendidik Jakarta.
Dalam keluarganya sendiri, Habib Abdurrahman dinilai oleh putra-putrinya sebagai sosok ayah yang konsisten dan disiplin dalam mendidik anak. Beliau selalu menekankan kepada putra-putrinya untuk menguasai berbagai disiplin ilmu, dan menuntut ilmu kepada banyak guru. Sebab ilmu yang dimilikinya tidak dapat diwariskan.
“Beliau konsisten dan tegas dalam mendidik anak. Beliau juga menekankan bahwa dirinya tidak mau meninggalkan harta sebagai warisan untuk anak-anaknya. Beliau hanya mendorong anak-anaknya agar mencintai ilmu dan mencintai dunia pendidikan. Beliau ingin kami konsisten mengajar, karenanya beliau melarang kami melibatkan diri dengan urusan politik maupun masalah keduniaan, seperti dagang, membuka biro haji dan sebagainya. Jadi, sekalipun tidak besar, ya….sedikit banyak putra-putrinya bisa mengajar,” kata Habib UmarB
Habib Abdurrahman mempunyai putra dan putri 22 orang; diantaranya Habib Muhammad, pemimpin pesantren di kawasan Ceger; Habib Ali, memimpin Majelis Taklim Al-Affaf di wilayah Tebet; Habib Alwi, memimpin Majlis Taklim Zaadul Muslim di Bukit Duri; Habib Umar, memimpin pesantren dan Majlis Taklim Al-Kifahi Ats-Tsaqafi di Bukit Duri dan Habib Abu Bakar, memimpin pesantren Al-Busyro di Citayam. Jumlah jamaah mereka ribuan orang.
Sebagai Ulama sepuh yang sangat alim, beliau sangat disegani dan berpengaruh. Juga layak diteladani. Bukan hanya kegigihannya dalam mengajar, tapi juga produktivitasnya dalam mengarang kitab. Kitab-kitab buah karyanya tidak sebatas satu macam ilmu agama, melainkan juga mencakup berbagai macam ilmu. Mulai dari Tauhid, Tafsir, Akhlaq, Fiqih, hingga sastra. Bukan hanya dalam bahasa Arab, tapi juga dalam bahasa Melayu dan Sunda yang ditulis dengan huruf Arab- dikenal sebagai huruf Jawi atau pegon.
Kitab karyanya, antara lain, Hilyatul Janan fi Hadyil Qur’an, Syafinatus Said, Misbahuz Zaman, Bunyatul Umahat dan Buah Delima. Sayang, puluhan karya itu hanya dicetak dalam jumlah terbatas dan memang hanya digunakan untuk kepentingan para santri dan siswa Madrasah Tsaqafah Islamiyyah.
Habib Abdurrahman juga dikenal sebagai ulama yang sangat disiplin, sederhana dan ikhlas. Dalam hal apapun beliau selalu mementingkan kesederhanaan. Dan kedisiplinannya tidak hanya dalam hal mengajar, tapi juga dalam soal makan. “Walid tidak akan pernah makan sebelum waktunya. Dimanapun ia selalu makan tepat waktu.” Kata Habib Ali.
Mengenai keikhlasan dan kedermawanannya, beliau selalu siap menolong siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Pada tahun 1960-an, Habib Abdurrahman mengalami kebutaan selama lima tahun. Namun musibah itu tak menyurutkan semangatnya dalam menegakkkan syiar islam. Pada masa-masa itulah beliau menciptakan rangkaian syair indah memuji kebesaran Allah swt dalam sebuah Tawasul, yang kemudian disebut Tawasul Al-Walid Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf.
Wafatnya Habib Abdurrahman Assegaf
Suatu hari, seorang santri Darul Musthafa, Tarim Hadramaut, asal Indonesia yang merupakan adik dari menantu Habib Ali bin Sayyidil Walid Habib Abdurrahman Assegaf , mendapat pesan dari seorang ulama besar disana, Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi Syahab. “Saya mimpi bertemu Rasulullah SAW, tapi wajahnya menyerupai Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. Tolong beritahu anak-anak beliau di Indonesia. Katakan pada anak-anak beliau, jangan jauh-jauh dari walid ”.
Sang santri itu langsung menelepon keluarganya di Indonesia. Hingga akhirnya kabar dari ulama Hadramaut itu diterima keluarga Habib Abdurrahman di Bukit Duri Jakarta.
Seminggu kemudian, apa yang diperkirakan itu pun tiba. Tepatnya Senin Siang jam 12.45, 26 Maret 2007, bertepatan dengan 7 rabiul Awal 1428 H, langit Jakarta seakan mengelam. Kaum muslim ibu kota terguncang oleh berita wafatnya Al-Alamah Al-Arif Billah Al-Habib Abdurrahman Assegaf, dalam usia kurang lebih 105 tahun.
Jenazah ulama besar yang ilmu, akhlaq dan keistiqamahannya sangat dikagumi itu, disemayamkan di ruang depan rumahnya yang bersahaja, tepat di sisi Sekretariat Yayasan Madrasah Tsaqofah Islamiyah, di jln. Perkutut no.273, Bukit Duri Puteran , Tebet, Jakarta Selatan. Kalimat tahlil dan pembacaan Surat Yaa siin bergema sepanjang hari sampai menjelang pemakamannya keesokan harinya. Sebuah tenda besar tak mampu menampung gelombanh jemaah yang terus berdatangan bak air bah. Pihak keluarga memutuskan pemakaman akan dilakukan ba’da zhuhur di pemakaman Kampung Lolongok, tepatnya di belakang Kramat Empang.
Acara pelepasan jenazah dibuka dengan sambutan dari pihak keluarga, yang diwakili Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf. Dengan nada sedih, Habib Ali bin Sayyidil Walid Habib Abdurrahman Assegaf mengucapkan terima kasih kepada para pecinta Habib Abdurrahman Assegaf yang telah datang bertakziah dan membantu proses pengurusan jenazah. Selanjutnya anak ke-tiga Habib Abdurrahman tersebut mengungkapkan keutamaan-keutamaan almarhum.”Beliau rindu kepada Rasulullah SAW. Beliau ungkapkan rasa rindu itu lewat sholawat-sholawat yang tak pernah lepas dari bibirnya setiap hari.” Katanya.
Puluhan ribu pelayat yang berdiri berdesak-desakan pun mulai sesunggukan karena terharu. Apalagi ketika Habib Ali, yang berbicara, tampil dengan suara bergetar. “hari ini, tidak seperti hari-hari yang lalu, kita berbicara tentang bagaimana memelihara anak yatim. Tapi, kali ini, kita semua menjadi anak-anak yatim.” Kata Habib Ali, yang mengibaratkan hadirin sebagai anak yatim. Betapa tidak, Habib Abdurrahman dianggap sebagai orang tua tidak hanya oleh keluarganya, tapi juga oleh jamaah. Semasa hidupnya, beliau senantiasa mengayomi, membimbing dan setia mendengar keluh kesah jamaah. Tapi kini, sang pelita itu telah pergi. Sebagian hadirin terguguk menangis, bahkan ada yang histeris.
“Kepergian Walid sudah diramal jauh-jauh hari. Suatu hari beliau pernah berkata kepada saya, “Umimu dulu yang bakal berpulang kepada Allah swt, setelah itu baru saya. Dan benarlah, ibunda Hj.Barkah ( istri Walid ) berpulang sekitar tujuh bulan yang lalu, tepatnya pada 26 Juli 2006. wali juga pernah berkata kepada keluarga, “Saya pulang pada hari senin”
Jam 12.00, jenazah disholatkan di depan kediaman Walid, dengan Imam, Habib Abdul Qadir bin Muhammad Al-Haddad 9 Al-Hawi Condet ). Pada hari itu juga, besan Habib Abdurrahman, Syarifah Rugayah binti Muhammad bin Ali Al-Attas juga di sholatkan.
Pukul 13.00, iring-iringan jenazah mulai bergerak menuju Empang Bogor, melalui jalan Tol Jagorawi. Ribuan kendaraan termasuk motor mengiringi ambulance yang membawa jenazah.
Disaat mobil jenazah yang didihului dua mobil pengawal dari kepolisian mendekati pintu makam pukul 16.15, konsentrasi massa yang terpusat disitu luar biasa banyaknya. Suasana pun menjadi agak gaduh. Maka setelah jenazah dikeluarkan dari mobil ambulance dan dibawa menuju liang lahat sekitar 30 meter dari pintu masuk, suasana penuh kesedihan sungguh sangat terasa. Banyak yang tak kuasa menahan tangis.
Segera setelah itu, jenazah dimasukkan ke liang lahat sambil terus diiringi dzikir yang tak henti dari para jemaah. Mewakili Shohibul bait, Habib Hamid bin Abdullah al-Kaff, pengasuh pondok pesantren Al-Haramain Asy-Syarifain Pondok Ranggon Cipayung, memberikan tausiyah, “Sungguh kita bersama-sama telah kehilangan seorang ulama besar. Sungguh telah padam lampu yang sangat besar, yang menerangi kota Jakarta,” katanya.
“Beruntunglah murid-muridnya yang telah menimba ilmu pada almarhum. Ingatlah selalu pesan almarhum, saya sering mendengar pada acara haul, kalau saya sudah meninggal dunia, perbanyaklah mengirimkan fatihah untuk saya.’
Sang santri itu langsung menelepon keluarganya di Indonesia. Hingga akhirnya kabar dari ulama Hadramaut itu diterima keluarga Habib Abdurrahman di Bukit Duri Jakarta.
Seminggu kemudian, apa yang diperkirakan itu pun tiba. Tepatnya Senin Siang jam 12.45, 26 Maret 2007, bertepatan dengan 7 rabiul Awal 1428 H, langit Jakarta seakan mengelam. Kaum muslim ibu kota terguncang oleh berita wafatnya Al-Alamah Al-Arif Billah Al-Habib Abdurrahman Assegaf, dalam usia kurang lebih 105 tahun.
Jenazah ulama besar yang ilmu, akhlaq dan keistiqamahannya sangat dikagumi itu, disemayamkan di ruang depan rumahnya yang bersahaja, tepat di sisi Sekretariat Yayasan Madrasah Tsaqofah Islamiyah, di jln. Perkutut no.273, Bukit Duri Puteran , Tebet, Jakarta Selatan. Kalimat tahlil dan pembacaan Surat Yaa siin bergema sepanjang hari sampai menjelang pemakamannya keesokan harinya. Sebuah tenda besar tak mampu menampung gelombanh jemaah yang terus berdatangan bak air bah. Pihak keluarga memutuskan pemakaman akan dilakukan ba’da zhuhur di pemakaman Kampung Lolongok, tepatnya di belakang Kramat Empang.
Acara pelepasan jenazah dibuka dengan sambutan dari pihak keluarga, yang diwakili Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf. Dengan nada sedih, Habib Ali bin Sayyidil Walid Habib Abdurrahman Assegaf mengucapkan terima kasih kepada para pecinta Habib Abdurrahman Assegaf yang telah datang bertakziah dan membantu proses pengurusan jenazah. Selanjutnya anak ke-tiga Habib Abdurrahman tersebut mengungkapkan keutamaan-keutamaan almarhum.”Beliau rindu kepada Rasulullah SAW. Beliau ungkapkan rasa rindu itu lewat sholawat-sholawat yang tak pernah lepas dari bibirnya setiap hari.” Katanya.
Puluhan ribu pelayat yang berdiri berdesak-desakan pun mulai sesunggukan karena terharu. Apalagi ketika Habib Ali, yang berbicara, tampil dengan suara bergetar. “hari ini, tidak seperti hari-hari yang lalu, kita berbicara tentang bagaimana memelihara anak yatim. Tapi, kali ini, kita semua menjadi anak-anak yatim.” Kata Habib Ali, yang mengibaratkan hadirin sebagai anak yatim. Betapa tidak, Habib Abdurrahman dianggap sebagai orang tua tidak hanya oleh keluarganya, tapi juga oleh jamaah. Semasa hidupnya, beliau senantiasa mengayomi, membimbing dan setia mendengar keluh kesah jamaah. Tapi kini, sang pelita itu telah pergi. Sebagian hadirin terguguk menangis, bahkan ada yang histeris.
“Kepergian Walid sudah diramal jauh-jauh hari. Suatu hari beliau pernah berkata kepada saya, “Umimu dulu yang bakal berpulang kepada Allah swt, setelah itu baru saya. Dan benarlah, ibunda Hj.Barkah ( istri Walid ) berpulang sekitar tujuh bulan yang lalu, tepatnya pada 26 Juli 2006. wali juga pernah berkata kepada keluarga, “Saya pulang pada hari senin”
Jam 12.00, jenazah disholatkan di depan kediaman Walid, dengan Imam, Habib Abdul Qadir bin Muhammad Al-Haddad 9 Al-Hawi Condet ). Pada hari itu juga, besan Habib Abdurrahman, Syarifah Rugayah binti Muhammad bin Ali Al-Attas juga di sholatkan.
Pukul 13.00, iring-iringan jenazah mulai bergerak menuju Empang Bogor, melalui jalan Tol Jagorawi. Ribuan kendaraan termasuk motor mengiringi ambulance yang membawa jenazah.
Disaat mobil jenazah yang didihului dua mobil pengawal dari kepolisian mendekati pintu makam pukul 16.15, konsentrasi massa yang terpusat disitu luar biasa banyaknya. Suasana pun menjadi agak gaduh. Maka setelah jenazah dikeluarkan dari mobil ambulance dan dibawa menuju liang lahat sekitar 30 meter dari pintu masuk, suasana penuh kesedihan sungguh sangat terasa. Banyak yang tak kuasa menahan tangis.
Segera setelah itu, jenazah dimasukkan ke liang lahat sambil terus diiringi dzikir yang tak henti dari para jemaah. Mewakili Shohibul bait, Habib Hamid bin Abdullah al-Kaff, pengasuh pondok pesantren Al-Haramain Asy-Syarifain Pondok Ranggon Cipayung, memberikan tausiyah, “Sungguh kita bersama-sama telah kehilangan seorang ulama besar. Sungguh telah padam lampu yang sangat besar, yang menerangi kota Jakarta,” katanya.
“Beruntunglah murid-muridnya yang telah menimba ilmu pada almarhum. Ingatlah selalu pesan almarhum, saya sering mendengar pada acara haul, kalau saya sudah meninggal dunia, perbanyaklah mengirimkan fatihah untuk saya.’
Langganan:
Postingan (Atom)